The magical nature fantasy explorer

Waahh aku ga nyangka…

Ternyata aku punya kecenderungan yang begitu kuat pada dunia high fantasy yang dipenuhi alam magis dan makhluk-makhluk yang hidup di luar logika manusia.
Dunia yang mungkin mustahil bagi akal, tapi sangat nyata bagi jiwaku.

Dari situlah aku merasa…
Aku adalah seorang magical nature fantasy explorer.
Penjelajah alam semesta imajinasi, tempat hutan punya bisikan, dan bintang menyimpan rahasia kuno.

Aku sadar aku sangat menyukai film-film fantasi yang punya unsur mitologi.
Unsur ini seperti benang tak kasat mata yang menghubungkanku dengan dunia di layar—tapi juga menyentuh bagian terdalam di dalam diriku.

Makhluk-makhluk mitologis, ras yang tidak biasa, kekuatan sihir yang lahir dari alam, semuanya selalu membuatku merasa:

“Aku mengenal ini… aku seperti pulang ke tempat yang sudah lama kurindukan.”

Aku selalu merasa terpesona saat alam dalam film tidak hanya jadi latar, tapi ikut hidup.
Ketika hutan bukan cuma pohon, tapi penjaga rahasia.
Ketika sungai bukan cuma air, tapi aliran pesan.
Ketika langit bukan sekadar atap, tapi ruang antara dunia nyata dan dunia magis.

Dan ketika aku menyadari semua itu, aku merasa...

Jiwa petualanganku ternyata tidak mati, meskipun aku sudah dewasa. 🥺

Saat ku sadari ternyata aku sama sekali ga berubah

Tebasan pedang, busur panah yang mengarah padaku dan anak panah yang menancap di tubuhku
Semua itu yang diberikan realita hidup saat aku memasuki fase dewasa

Perjalanan di fase ini sunyi dan penuh luka yang tak bersuara

Namun jauh dalam diriku masih ada satu lentera kecil yang memberiku keyakinan
Bahwa seterjal dan seletih apapun jalan yang aku tempuh, aku akan sampai

Meski aku tidak bisa menebak apa yang akan ku hadapi selanjutnya, lentera kecil itu
juga memberi yakin untuk menikmati setiap langkah kecil yang aku jalani di masa kini, tidak tenggelam dalam masa lalu, dan tidak kuatir akan masa depan

Lentera itu juga pernah nyaris padam, oleh keputusasaan, kecewa, dan luka yang sering ku pertanyakan kapan sembuhnya

Suara-suara dari luar bagai tiupan angin yang berusaha memedamkan lentara itu, membuat pemiliknya mulai ragu dan mempertanyakan masih layakkah keyakinan ini terus dibawa? Pemilik lentara tersesat dalam kabut yang diciptakan dari ragu, takut dan putus asa

Dalam kabut pemilik lentera bertanya pada dirinya "sejak kapan kita meyakini bahwa tidak ada jalan"?  "Sejak kapan kita meyakini bahwa petualangan berakhir dan kita berbalik arah"? " sejak kapan kita jadi begini"?

Rupanya itu akumulasi dari bisikan luar, kadang kala bisikan luar bisa menjadi racun yang membuat pemilik lentera ingin segera memadamkan lenteranya, dan mati dalam kabut

Untungnya pemilik lentera itu enggan memadamnya, dia mengizinkan lenteranya redup tapi tidak boleh padam
Sebab pemiliknya juga menyakini bahwa setiap langkah kecil walau pelan dan bahkan tidak diketahui makhluk manapun tetap sebuah langkah yang akan terus mengantarkannya,


Hingga suatu hari pemiliknya akan sampai
Lalu menengok ke belakang dan melihat betapa jauh dan banyak lembah, hutan, sungai, bukit bebatuan yang dia lewati lalu pemiliknya tersenyum dan menatap lenteranya dengan mata berbinar

dan sampai hari ini pun pemiliknya masih membawa lentera itu 

Apa kabar

salam dariku si pemilik lentera



Komentar

Postingan Populer