To feel is to heal
Saat ku amati di umur 25 ini aku banyak menangis
tiap kali teringat kejadian masa lalu yang ku kira sudah sembuh namun hanya tertambal waktu dan saat pertama kali aku mendapatkan luka itu aku sama sekali tidak mengizinkan diriku merasa sakit dan bersedih aku menahannya bertahun-tahun dan berusaha kuat sebab hanya itu yang menurutku benar di umurku yang saat itu masih belasan tahun
Aku gatau kalo ternyata luka-luka itu ikut bersamaku seiring bertambahnya usia
Segelintir momen yang serupa nampaknya memanggil kembali lukaku dan disitu aku menyadari kalo aku belum benar-benar sembuh
Akhirnya yang ku lakukan adalah mengakui adanya rasa sakit itu, ku biarkan air mata berguguran tiap kali memori itu melintas di pikiranku
Aku belajar untuk jujur pada diri sendiri
Kalo itu sakit aku akan menangis sebagai bentuk kalo aku sedang bersedih
Dan rasa sedih bukanlah hal yang buruk ini bagian dari emosi
Aku juga mulai berhenti melabeli emosi dengan positif dan negatif
Dulu bagiku sedih, marah, kecewa, kesal adalah bagian dari emosi negatif yang harus aku hindari dan harus ku usir pergi
Padahal mereka juga emosi dan hadir nya juga ingin di akui sebagaimana aku menyambut rasa senang
Keberagaman emosi inilah yang menjadikanku manusia
Dan setiap kali aku melepaskan emosi itu dengan menangis ternyata hal ini bisa membuat intensitas rasa sakit dari memori yang mengandung emosi itu menyusut
Mungkin dulu sebesar selimut orang dewasa kini jadi sekecil baju bayi
Perjalanan menuju dewasa bagiku sejatinya adalah perjalanan memeluk luka dan memberi pengampunan pada diri
Ooh jadi seperti ini yaa rasanya merawat luka, melegakan
Komentar
Posting Komentar