Petals of Paradox: Beauty, Danger, and the Weight of Memory


Dulu, pas aku masih duduk di bangku SMP, rame banget kabar tentang anak-anak muda yang coba-coba mabuk dari obat-obatan yang seharusnya nggak dipakai sembarangan. Salah satunya obat batuk Komix yang bentuknya sachet cair—yang mengandung dextrometorfan (atau biasa disebut dextro), sejenis obat buat ngilangin batuk. Obat batuk ini masuk golongan antitusif, cara kerjanya dengan menekan reseptor batuk di otak. Karena kerjanya di reseptor pusat, kalau obat ini diminum berlebihan bisa bikin halusinasi, kayak ngambang dan nggak kerasa di dunia nyata.


Dextrometorfan ini sering ditemui di obat batuk yang dijual bebas tapi dalam bentuk kombinasi. Di zaman aku masih anak sekolah, cara remaja maupun orang dewasa yang mau “nge-fly” secara murah ya pakai komix sachet, ditenggak puluhan bungkus sampai teler.

Kenapa sih banyak anak muda pengen nge-fly? Selain karena penasaran, kadang mereka pengen kabur dari masalah sehari-hari, stres, atau sekadar cari sensasi dan hiburan yang beda dari biasanya. Lingkungan pertemanan juga sering jadi faktor, di mana ada tekanan buat coba-coba hal baru biar dianggap keren atau gaul. Sayangnya, banyak yang nggak sadar bahaya dari efek obat-obatan ini.

Selain Komix, dulu juga banyak yang mabuk pakai obat namanya Zenith (sering juga disebut Jinet), isinya carisoprodol. Ini sebenarnya obat buat ngurangin nyeri otot, tapi kalau disalahgunakan bisa bikin ngantuk berat dan kayak ngelayang. Obat ini juga bisa bikin ketergantungan kalau sering dipakai.

Dan yang belakangan ini, cara anak muda nge-fly malah back to nature pakai kecubung. Ini jauh lebih ekonomis lagi ketimbang dextrometorfan, tapi kandungannya ngeri. Kecubung ini dari tanaman, nama ilmiahnya Datura sp. Tanaman ini banyak tumbuh liar, bunganya bentuk terompet gede, warnanya cantik banget, tapi racunnya nggak main-main.

Kecubung ini ngandung tiga zat aktif utama: skopolamin, atropin, dan hiosiamin. Ketiganya termasuk golongan alkaloid tropan. Efeknya bisa bikin halu, linglung, susah bedain mimpi sama kenyataan, bahkan sampai lupa siapa diri sendiri. Ngeri sih sebenernya, karena banyak yang nyoba tanpa tahu dosis aman.

Yang paling menakutkan: semua bagian tanaman ini beracun—bunga, biji, daun, batang, bahkan akarnya. Di dunia medis, zat-zat ini sebenarnya bisa digunakan (misalnya, skopolamin buat mabuk perjalanan), tapi hanya dalam dosis mikro dan pengawasan ketat. Kalau dikonsumsi langsung dari tanaman tanpa dosis jelas, efeknya bisa fatal.

Uniknya, datura ini nggak cuma muncul di dunia nyata sebagai tanaman beracun, tapi juga punya makna simbolik yang dalam di berbagai karya seni dan cerita. Tapi yang biasa muncul sebagai simbol adalah bagian bunganya. Saat nyari tahu tentang kecubung dan ternyata berasal dari tanaman datura, aku ngerasa nggak asing sama istilah datura ini—aku sering membacanya. Benar aja, ini bunga pernah muncul di game yang kumainin, tepatnya di card love interest yang aku bangun karakternya: my dragon, Sylus. Pas ku-searching bentuk nyata bunga datura, aku makin familiar karena sering lihat bunga ini tumbuh liar di hutan pinggir jalan.

Di card-nya Sylus, Abyssal Blossom, dengan latar cerita yang terjadi di masa lalu, aku sama Sylus masih saling mengingat. Bunga datura di sini jadi lambang dari hubungan yang pernah erat, penuh kerinduan, rasa yang intens tapi tetap diam-diam. Keindahannya tenang, magis, tapi tetap menyimpan bahaya—kayak cinta yang nggak bisa utuh karena terpisah waktu.

Terus di bond story Midnight Stealth, waktu dunia udah berubah ke masa modern, aku dan Sylus ketemu lagi. Tapi kali ini, aku udah nggak inget siapa dia, sementara dia masih ingat semua tentang aku. Datura di sini jadi simbol dari penantian dan pengharapan. Dia tetap stay, nunggu aku balik ingat, meski aku bahkan nggak sadar siapa dia. Rasanya campur aduk banget—manis, pahit, dan nelangsa, tapi tetap indah. Kayak racun yang pelan-pelan nyusup, bukan buat menyakiti, tapi buat bangunin ingatan yang udah hilang.

Yang bikin makin menarik, bunga datura ini juga muncul di drama Korea Extraordinary You. Di sana dia disebut bunga terompet, dan jadi simbol dari penantian yang terus berulang. Tokohnya, Dan-oh dan Ha-ru, terus ketemu dan jatuh cinta lagi di dunia berbeda, meski mereka udah nggak ingat satu sama lain. Ada harapan yang nggak pernah mati, tapi juga siklus kehilangan dan ketidakpastian yang nggak pernah benar-benar selesai.

Menariknya, meskipun bunga datura di dunia nyata umumnya berwarna putih atau ungu dan tumbuh menghadap ke atas, dalam karya seni seperti game atau drama, tampilannya bisa berbeda. Di game yang aku mainkan, bunga datura menyebar indah di ladang seperti tulip berwarna merah. Sedangkan di drama Korea, bunganya menjuntai dari pohon dengan warna merah oranye—lebih mirip Brugmansia, kerabat dekat datura. Tapi maknanya tetap sama: bunga cantik yang menyimpan racun, lambang cinta yang indah tapi bisa menyesakkan.

Tiga cerita ini—card Sylus, bond story, dan drama Extraordinary You—sama-sama nunjukin makna bunga datura yang dalam banget. Bukan cuma soal racun atau bahaya, tapi soal cinta yang tetap tinggal walau terpisah waktu, harapan yang diam-diam bertahan, dan rasa yang terlalu kuat buat hilang gitu aja.

Jadi, bunga datura bukan cuma cantik buat dipandang, tapi juga ngingetin kita soal harapan yang terkadang harus sabar menunggu, dan kenyataan yang kadang nggak seindah yang kita bayangin.

Dan dari semua cerita ini, aku jadi mikir, kadang hal-hal yang terlihat sepele atau indah bisa punya makna lain yang lebih dalam. Dari obat yang harusnya buat sembuhin batuk malah disalahgunakan, sampai bunga cantik yang ternyata racun. Dunia emang penuh lapisan yang nggak selalu kelihatan di permukaan.


Komentar

Postingan Populer