A Candle Among Spotlights
Jurnal reflektif ini dibuat setelah menerima pesan whatapps dari salah satu karib ku pesan itu berisi
Maka terbilah tulisan ini, selamat membaca
Memang ada orang yang terlahir dengan kecantikan,kalau kita bilang cantik itu relatif, di dia justru terasa mutlak.
Namun, tidak semua orang terlahir seperti itu. Dan ketika kita merasakan bahwa beauty privilege itu nyata bahwa hanya perempuan cantik yang dipilih dan dilihat muncul pertanyaan:
Lalu, bagaimana dengan nasib kita-kita yang terlahir biasa saja?
Apakah hanya karena kita tidak memiliki kemutlakan itu, atau tidak memenuhi standar kecantikan yang ditetapkan oleh society, lantas kita tak berarti?
Tidak. Kita pun layak.
Bedanya, mungkin kita memang harus berusaha lebih.
Berusaha menemukan potensi diri yang membuat kita sadar bahwa kita juga bisa bersinar. Tidak perlu seterang dan semegah lampu di festival musik, cukup seperti lilin saja, yang terang untuk dirimu sendiri.
Selama cara pandang kita terhadap diri sendiri tetap sehat, tetap positif, merasa berharga, tidak merendahkan diri, tidak mengkritik berlebihan, tidak menghakimi maka kita sudah berada di jalur yang benar.
Teruskan apa yang sedang kita upayakan. Karena meskipun kita merasa biasa, kita tetap punya cahaya.
Sebab cahaya yang paling tulus, tidak selalu butuh sorotan. Ia hanya perlu diterima dan dijaga oleh pemiliknya dengan penuh cinta.
Komentar
Posting Komentar