Dont worry

Ngeliat instastory adek tingkat yang lagi menggelar pernikahan dan ngundang artis ibukota tiba-tiba melintas di benak ku busett habis berapa yaa itu

Kalo di liat-liat juga kedua mempelai masih muda yang cewe belom kelar fk yang cowo entahlah apa udh kerja, tapi yang jelas dari megah nya pesta pernikahan dapat di simpulkan sumber dana adalah orangtua kaya

Terus juga di dekat rumah ku anak tetangga yang seumuran aku juga bakal menggelar pernikahan jujurly yang lewat dipikiran ku "kok bisa orang nikah yaa" biaya nikah ga kecil lo, di umur kaya aku sekarang apakah mampu menghimpun dana sebanyak itu buat gelar pesta? Lagi-lagi yang bisa ku simpulkan dibalik pesta itu ada modal dari orangtua

Berat yaa, apalagi anak cowo hmmmm saat masuk era mencari nafkah mesti sambil nabung buat ngelamar anak orang

Saat ijab kabul terucap dua orang itu resmi jadi pasangan yang arti nya memasuki fase hidup baru "bahtera rumah tangga"

Kadang kepikiran aja gimana yaa kelak aku menjalani hari-hari ku dengan orang baru yang wajahnya aku liat setiap pagi

Orang baru yang di besarkan dengan nilai kehidupan yang entah kaya gimana, dan aku yang di besarkan dengan nilai kehidupan yang sudah aku pegang teguh dan aku gasuka diotak-atik apalagi di protes untuk mengubah nilai itu

Maka nya kesetaraan nilai kehidupan ini jadi bagian penting yang sangat-sangat aku pertimbangkan

Setelah momen pernikahan maka biasa nya ga lama lagi masuk ke fase punya momongan

Jujur ini juga merupakan hal berat buat aku pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di benak ku "capable kah aku jadi orangtua"? Gimana nanti rencana pendidikan anak-anakku, gimana nanti tabungan pendidikan mereka? Bisa ga aku jadi ibu yang baik? Bisa ga aku ngasih mereka ayah yang baik, biar mereka ga termasuk kalangan fatherless

Naahh banyak kan pertanyaan ku, untuk ngejawab itu semua aku perlu waktu buat belajar, belajar menemukan diri ku, belajar life after married dan belajar parenting

Menyadari diri yang jauh dari kata capable ini bikin aku ga kepikiran dan bertanya kapan yaa giliran ku? Teman-teman ku udah nyebar undangan

Lagian yaa saat menengok realita sebagai anak pertama, aku punya peran sebagai penggerak perekonomian keluarga dan bantu biaya pendidikan adik-adik ku jadi menikah bukanlah goals,aku memandangnya sebagai bonus

Saat memasuki fase dewasa poros kebahagiaan ku ga hanya tentang mimpi-mimpi ku yang jadi nyata, tapi juga senyum merekah orangtua dan adik-adikku

melihat adik ku bisa dapat nilai bagus di tiap mata kuliah, melihat adik kecil ku bertambah hapalan surah pendek nya,melihat orangtua ku dengan senyum teduh nya saat tau anak nya sudah bekerja, rasa-rasa nya aku pengen memperlambat waktu biar aku bisa terus menikmati momen-momen itu

sekarang aku beneran ngerasa makna dari penggalan lirik "hiduplah kini" di lagu tulus yang judul nya satu kali 

Dengan live in the present, aku bisa merasakan lebih banyak bahagia sekaligus syukur

haduh airmata ku mengalir saat mengetik ini

Sebagai pemilik mbti ENFP, tentu nya hal-hal kaya gini begitu mudah menyentil hati kecil ku



Komentar

Postingan Populer